jump to navigation

Biadab!! Gereja di Mesir Sekap Banyak Muallaf Muslimah 22 Agustus 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia.
Tags: , , , ,
add a comment

mesir

KAIRO (voa-islam.com)

Para aktivis di Facebook menyerukan aksi damai mereka melawan praktik-praktik biadab gereja yang mengintimidasi dan mencuci otak para muallaf muslimah yang baru.

Dalam seruan aksi tersebut, para aktivis mengatakan: Gerakan ini dilakukan untuk membela Camellia Zakhir yang diserahkan kepada pihak gereja tanpa alasan kuat secara hukum maupun Konstitusi.

Para aktivis menambahkan, Telah diputuskan untuk melakukan aksi damai pada hari Sabtu, mulai dari Kantor Kejaksaan dan berakhir di Departemen Kehakiman.

Para aktivis menjamin sama sekali tidak akan terjadi bentrokan dengan pihak keamanan. Karenanya, mereka meminta aparat keamanan untuk melindungi para aktivis dari gangguan jemaat gereja yang akan mengganggu aksi damai. Mereka juga mengkhawatirkan masuknya unsur provokator yang dapat mengacaukan tujuan yang direncanakan yaitu protes damai terhadap penyerahan para muallaf muslimah kepada pihak gereja.

Kami ingin dibebaskan semua tahanan Muslimah di dalam biara-biara, gereja-gereja dan supaya biara-biara itu diperiksa untuk mencari para muslimah tersebut dan menghukum mereka yang terbukti membunuh dan menyiksa mereka terutama setelah salah satu pendeta mengakui bahwa Camilla sedang menjalani pencucian otak saat ini di gereja, kata aktivis dalam seruannya.

Mereka menambahkan,Apa yang terjadi di dalam gereja-gereja adalah bertentangan dengan hukum, konstitusi dan hak asasi manusia, mereka menuntut pihak keamanan resmi melakukan penyelidikan terhadap kejahatan dan praktik yang dilakukan gereja, mereka menuntut supaya tidak terulang lagi tragedi Wafa Konstantin, Christine, Maria Abdullah dan lain-lain.

Sementara itu, menanggapi maraknya para istri pendeta yang meninggalkan agama Kristen dan mempublikasikan keislaman mereka, Paus menyerukan agar memilih istri yang fanatik Kristen.

Shenouda III, Paus Alexandria dan Patriarkh Saint Mark Macarios meminta para imam sebelum pernikahan mereka untuk berhati-hati memilih calon istri, dengan mempertimbangkan kepribadian dan aktivitas pelayanan calon istri di gereja.(ar/islammemo).

Situs “holocartoons.com” Gemparkan Israel 6 Agustus 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia.
Tags: , , , , ,
add a comment


holocaust cartoon

Sebuah situs Iran bernama holocartoons.com itu muncul di dunia maya pada Kamis (5/8). Situs itu berisi penolakan dan celaan terhadap Holocaust dan memuat aneka kartun yang menyindir orang-orang Yahudi.

Salah satunya kartun yang menggambarkan orang-orang Yahudi dengan bentuk hidung bengkok seperti cacing-cacing yang sedang melubangi sebuah buku sejarah. Kartun lainnya menggambarkan orang-orang Yahudi mengenakan topi berwarna hitam bergambar Bintang David, sedang mencari-cari sesuatu di tengah mayat-mayat tiruan dalam sebuah kamp konsentrasi.

Munculnya situs itu, tentu saja membuat Israel berang. “Isi situs itu vulgar dan sinis, menolak dan memutarbalikan Holocaust dengan ilustrasi-ilustrasi berupa kartun-kartun anti-Yahudi. Situs ini menunjukkan penolakan Iran atas realitas dan kebenaran Holocaust sekaligus telah melecehkan Yahudi dan Israel,” demikian pernyataan Museum Peringatan Holocaust Yad Vashem di Israel atas situs tersebut.

Kantor berita di Iran Fars menyebutkan bahwa situs yang menyediakan layanan dalam tiga bahasa, Inggris, Arab dan Farsi tersebut dibuat oleh kartunis Iran Maziar Bijani atas biaya sebuah yayasan swadaya masyarakat. Desain situsnya dibuat seolah-olah situs itu situs Nazi dan ikon pada panel untuk berpindah halaman menggunakan simbol swastika. Begitu situs ini dibuka, akan terdengar lagu Pink Panther dan sebuah tulisan bernada sindiran bahwa situs ini dipersembahkan untuk mereka yang tewas “atas dalih Holocaust”.

Situs yang berisi penolakan terhadap peristiwa Holocaust itu sejalan dengan sikap pemerintah Iran yang dengan berani mempertanyakan kebenaran tragedi Holocaust yang diklaim orang-orang Yahudi terutama Israel. Iran pernah menjadi tuan ruman konferensi yang mengesahkan penolakan terhadap Holocaust dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyebut Holocaust cuma mitos. Iran menuding Israel sengaja memanfaatkan mitos Holocaust untuk menjajah dan menindas rakyat Palestina.

Sumber: arabnews

Tiga Jalan Menuju Kesesatan 4 Agustus 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia.
Tags: , ,
add a comment

Eramuslim.com

Ulama terkemuka dari India (Pakistan), Abul ‘Ala Maududi menjelaskan, dari mana sebenarnya kekufuran dan kesesatan (bid’ah) itu timbul? Al-Qur’anul Karim menegaskan, bahwa kejahatan-kejahatan itu muncul melalui tiga sumber:

Pertama, mengikuti kemauan sendiri.

Al-Qur’an menyatakan, “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Qur’an : 28 : 50).

Ayat diatas mengartikan bahwa faktor terbesar penyebab kesesatan manusia adalah dorongan-dorongan hawa-nafsunya sendiri. Dan sama sekali tidak mungkin seseorang untuk menjadi hamba Allah, sementara ia masih menuruti dorongan-dorongan hawa nafsunya. Ia akan terus menerus memikirkan pekerjaan apa yang mendatangkan uang baginya, usaha apa yang akan membawa kemasyhuran dan penghormatan orang kepadanya, kemanapun ia harus mengejar kesenangan dan kepuasan, dan apa saja yang bisa memberikan kemudahan dan kenikmatan hidup baginya. Pendeknya, manusia akan dengan segala macam cara untuk mencapai tujuan itu.

Ia tidak akan pernah mengerjakan suatu apapun yang dianggapnya tidak akan membawa tercapainya tujuan-tujuan itu berupa kenikmatan dunia. Meskpun, Allah memerintahkannya lebih memilih jalan menuju kemuliaan di akhirat. Tetapi itu tidak pernah didengarnya lagi. Jadi Tuhan bagi orang seperti itu adalah dirinya (nafs), bukannya Allah Yang Agung. Jadi, bagimana ia akan mendapat manfaat dari petunjuk Allah?

Al-Qur’an menegaskan, “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat jalan (dari binatang ternak itu).” (Qur’an : al-Furqan : 43-44)

Menurut Al-Maududi,menjadi budak hawa nafsu lebih jelek dibanding menjadi binatang. Ini adalah tidak diragukan lagi. “Anda tidak akan pernah melihat seekor binatang pun yang mau melanggar batas-batas yang telah ditentukan Allah baginya”, ucap al-Maududi. Binatang hanya melaksanakan fungsi yang telah ditentukan Allah baginya. Tetapi, manusia adalah binatang yang apabila sudah menjadi budak hawa nafsunya sendiri, dan bahkan akan melakukan perbuatan yang membuat syetan sendiri gemetar.

Kedua, mengikuti nenek-moyang tanpa berpikir.

Jalan kedua adalah mengikuti adat kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan dan pikiran-pikiran, ritus-ritus dan upacara-upacara yang biasa dilakukan nenek-moyang, atau seorang ulama mereka. Mereka menganggap lebih penting daripada perintah Allah. Apabila perintah Allah dibacakan, maka orang-orang yang suka mengekor kepada nenek moyang (termasuk ulama mereka), maka mereka akan bersikeras bahwa mereka hanya akan mengikuti apa yang dilakukan nenek moyang mereka yang telah menjadi kebiasaan (habid). Bagaimana mungkin orang yang seperti ini akan menjadi hamba Allah?

Tuhan-Tuhan mereka adalah nenek-moyang mereka. Hak apa yang dimilikinya untuk mendakwakan bahwa dirinya adalah seorang muslim?

Al-Qur’an berfirman, “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang diturunkan oleh Allah’, mereka menjawab: (Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yagn telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami’. (Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatupun, dan tidak mendapat petunjuk?” (Qur’an : 2: 170)

“Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul’. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya’. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek-moyang mereka walaupun nenek-moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu, apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qur’an : 5: 104-105)

Jahatnya kesesatan itu adalah sedemikian rupa, sehingga semua orang bodoh di setiap zaman terkena cengkeramannya. Kesesatan selamanya mencegah mereka mendapatkan bimbingannya dari utusan-utusan Allah. Seperti halnya, Ibrahim alaihi salam, membujuk kaumnya untuk meninggalkan kepercayaan syirik, “Mereka menjawab: “Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya (patung-patung).” (Qur’an : 21 : 25).

Manusia harus memilih salah satu satu. Tidak mungkin berdampingan antara berhala-berhala itu dengan Allah. Antara kesesatan yang menyembah berhala, dan mereka yang berorientasi kepada al-haq Allah Rabbul alamin.

Ketiga, kepatuhan kepada selain Allah.

Jalan yang ketiga, seperti dinyatakan oleh al-Qur’an, adalah apabila manusia mengesampingkan perintah-perintah Allah, lalu mentaati perintah-perintah manusia dengan bermacam-macam alasan, seperti misalnya, “Karena bapak fulan adalah seorang besar, maka kata-katanya mestilah selalu baik dan harus kita ikuti’, atau ‘Karena rezeki saya bergantung pada  orang itu, maka saya harus patuh kepadanya”, atau ‘karena orang mampu menghancurkan hidup saya dengan kutukannya, dan mampu menjamin saya masuk surga, maka apa yang dikatakannya pasti benar’ atau ‘bangsa anu bangsa besar adalah bangsa yang maju, kita harus meminta pertolongan dan perlindungan kepadanya, dan meniru cara hidupnya”. Dengan alasan-alasan seperti itu, maka tertutuplah pintu petunjuk Allah.

Al-Qur’an berfirman: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah .. “ (Qur’an : 6 : 116)

Ayat ini mempunyai arti bahwa manusia hanya bisa tetap berada di jalan yang benar, bila ia mempercayakan diri seratus persen, secara totalitas hanya kepada Allah Ta’ala. Bagaimana bisa menemukan jalan kemuliaan kalau manusia mempercayakan diri kepada salain Allah. Hidupnya tidak akan pernah mendapatkan kebahagiaan.

Demikian pendapat dan pandangan Abul ‘Ala Maududi, seorang ulama besar yang lahir di anak benua India, yang sekarang sebagian menjadi Pakistan.

John L. Esposito, Barat Bertanya: Apakah Yahudi dan Kristen itu musuh Islam? 3 Agustus 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia.
Tags: , , , , ,
1 comment so far

oleh: John L. Esposito.

Hubungan Yahudi dan Kristen terhadap Islam seperti hubungan agama Kristen dengan agama Yahudi, adalah hubungan yang panjang dan kompleks, terkondisi oleh realitas sejarah dan politik juga doktrin agama. Suku-suku Yahudi dan Kristen hidup di Arab pada waktu Nabi Muhammad. Yahudi dan Kristen adalah anggota atau warga komunitas Muslim awal di Madinah.

Pada tahun-tahun awalnya, Nabi Muhammad memandang Yahudi dan Kristen sebagai “Ahli Kitab”, yang juga menerima pesan kenabian dan menjadi sekutu alaminya. Al-Qur’an sendiri memperkuat pengiriman Nabi-nabi dan wahyu kepada Yahudi dan Kristen dan mengakui mereka sebagai bagian dari sejarah Muslim: “Ingatlah, kami telah memberi Musa sebuah Kitab dan mengirimnya seorang Rasul; dan pada Isa anak Maryam, Kami berikan bukti yang jelas tentang kebenaran, memperkuatnya dengan keagungan ke-Tuhan-an”, (al-Qur’an 23: 49-50; lihat juga 5: 44-46; 32: 23: 40: 53).

Muhammad pada awalnya menyatakan dirinya sendiri sebagai pembaharu kenabian, menetapkan kembali agama Ibrahim. Contohnya, seperti halnya Yahudi, Muslim pada awalnya mengadap Yerusalem selama shalat dan berpuasa pada hari ke sepuluh kalender bulan. Muhammad melakukan hal khusus dengan mengajak suku-suku Yahudi di Madinah. Tetapi, Yahudi Madinah memiliki kaitan politik pada suku Quraisy di Mekkah, jadi mereka menolak tawaran Nabi Muhammad. Segera setelah itu, Nabi Muhammad menerima wahyu yang mengubah arah shalat dari Yerusalem ke Mekkah, menandai Islam sebagai alternatif berbeda dari agama Yahudi.

Ketika Nabi Muhammad mengkonsolidasi kontrol militer dan politiknya atas Madinah, beliau mendeklarasikan dan menyebarkan dokumen secara umum disebut sebagai Konstitusi Madinah (622-624 M), yang mengatur kehidupan sosial dan politik. Konstitusi tersebut menyatakan bahwa orang-orang beriman merupakan satu komunitas tunggal atau Ummah, yang bertanggung-jawab secara kolektif untuk memperkuat tatanan dan keamanan sosial dan untuk melawan musuh pada waktu perang dan damai. Suku-suku tetap bertanggung-jawab terhadap tindakan anggota individu mereka, dan suatu preseden yang jelas telah ditetapkan untuk memasukkan agama lain sebagai bagian dari komunitas yang lebih luas dipimpin oleh Muslim. Populasi Yahudi dijamin hak-haknya untuk otonomi budaya dan internal agamanya, termasuk hak untuk melakukan hukum agama Yahudi, sebagai ganti dari loyalitas politik dan kepatuhan kepada Muslim.

Muslim menyebut Konstitusi Madinah sebagai bukti dari pesan yang melekat dalam Islam tentang saling hidup bersama dengan damai, kebolehan pluralisme agama di daerah di bawah pemerintahan Muslim, dan hak non Muslim menjadi anggota dan berpartisipasi dalam komunitas Muslim yang lebih luas. Tetapi hubungan antara komunitas Muslim awal dan beberapa suku Yahudi menjadi tegang, ketika Yahudi mendukung lawan Muhammad dari Mekkah. Diputuskan sebagai pengkhianat karena dukungan mereka kepada musuh Islam, banyak yang diserang dan dibunuh. Konfrontasi ini menjadi bagian dari kantong sejarah dan akan terus mempengaruhi sikap beberapa Muslim pada abad selanjutnya. Baru-baru saja warisan ini dapat dilihat dalam pernyataan resmi dari Hamas dan Osama bin Laden. Keduanya tidak hanya mengutuk Yahudi karena pendudukan Israel dan kebijakan di Palestina, tetapi juga melihat konflik sekarang sebagai pengulangan terbaru dari konflik berusia tua, kembali pada “penolakan dan pengkhianatan” Yahudi pada Islam dan komunitas Nabi di Madinah.

Meskipun demikian, banyak komunitas di berbagai masa dalam sejarah, Yahudi menemukan rumah/ asal dimana, sebagai ahli kitab atau dzimmi, mereka hidup, bekerja dan sering berjuang keras. Komunitas Yahudi bersemangat ada di negara-negara Muslim, seperti Mesir, Turki dan Iran. Dan ketika pemerintah Katolik Ferdinand dan Isabela mengusir Yahudi keluar dari Spanyol, banyak yang mengungsi ke Afrika Utara dan Kesultanan Ottoman. Pendirian negara Israel adalah titik balik dalam hubungan antara Muslim dan Yahudi. Masuknya politik dari perjuangan antara orang Palestina dan Zionisme memperparah ketegangan hubungan Yahudi-Muslim di negara-negara Muslim. Akibatnya, mayoritas Yahudi beremigrasi atau lari ke Israel dan bagian lain dunia.

Hubungan Kristen dan Muslim bahkan lebih rumit. Meskipun memiliki akar teologi bersama, Islam dan Kristen berada dalam perdebatan sejak awal. Islam menawarkan agama-agama dan visi politik alternatif. Seperti halnya Kristen melihat keimanan mereka sebagai pengganti perjanjian Yahudi dengan Tuhan, Islam sekarang menyatakan bahwa Tuhan telah membuat perjanjian baru, mewahyukan kata-katanya terakhir dan lengkap kepada Nabi Muhammad, “penutup” atau Nabi terakhir Islam, seperti agama Kristen, menyatakan pesan dan misi universal dan karenanya menantang klaim agama Kristen. Selanjutnya, penyebaran yang luar biasa dari Islam, dengan penaklukannya ke sayap timur kerajaan Romawi (Bizantium), menantang kekuatan dan hegemoni politik dunia Kristen.

Sejarah agama Kristen dan Islam menjadi satu dari konflik dan saling berada bersama. Ketika Muslim menaklukkan Bizantium, mereka diterima dengan baik oleh beberapa sekte dan kelompok Kristen, yang dituduh sebagai bid’ah oleh agama Kristen “resmi”, yaitu Katolik. Banyak orang Kristen yang menerima pemerintahan Islam yang memberi mereka kebebasan lebih banyak untuk mempraktekkan keyakinannya dan membebankan pajak yang lebih ringan. Meskipun awalnya takut, penakluk Muslim terbukti jauh lebih toleran daripada kerajaan Kristen, memberi kebebasan agama pada gereja Kristen pribumi dan Yahudi.

Semangat ini selanjutnya tercermin dalam kecenderungan kekuasaan Islam awal untuk menggabungkan unsur yang paling maju dari peradaban sekelilingnya, termasuk Bizantium dan kerajaan Sasanid Persia dan praktek administrasi serta ilmu Helenik (terkait dengan Yunani), arsitektur, seni, kedokteran dan filsafat. Orang Kristen seperti John dari Damaskus memegang posisi terkenal di pengadilan kerajaan. Orang-orang Kristen dan Yahudi membantu pemerintah Muslim dengan mengumpulkan penerjemah banyak buku-buku sains, kedokteran, dan filsafat dari Timur dan Barat.

Tetapi perluasan yang cepat dari Islam juga mengancam Eropa Kristen, ketika Muslim tampak siap untuk menyapu seluruh Eropa, sampai akhirnya di pukul balik oleh Charles Martel di Perancis Selatan tahun 732. Perang Salib, Inkuisisi, dan Kolonialisme Eropa mewakili periode utama dari konfrontasi dan konflik seperti kebangkitan dan perluasan dari Kesultanan Ottoman ke Eropa.

Contoh yang paling sering di kutip dari toleransi antar agama dalam sejarah pemerintahan Muslim di Spanyol (al-Andalusia) dari tahun 756 sampai kira-kira 1000 M, yang biasanya diidealkan sebagai periode harmoni antar agama dan convivencia (hidup bersama). Pemerintahan Muslim Spanyol menawarkan penduduk Kristen dan Yahudi mencari tempat pengungsian dari sistem kelas Eropa, kesempatan untuk menjadi pemilik tanah kecil yang makmur. Orang Kristen dan Yahudi menempati posisi menonjol di pengadilan Khalifah pada abad X, bekerja sebagai penerjemah, insinyur, dokter dan arsitek. Uskup Besar dari Seville melakukan penerjemahan tambahan penjelasan Injil untuk komunitas Kristen berbahasa Arab.

Sejarah Islam juga berisi contoh-contoh positif perdebatan dan dialog antar keimanan, mulai pada waktu Nabi Muhammad. Nabi Muhammad sendiri terlibat dalam dialog dengan Kristen di Najran, menghasilkan hubungan yang disepakati secara bersama dimana orang Kristen dibolehkan bersembahyang di masjid Nabawi. Khalifah Sunni kelima, Muawiyah secara teratur mengirim undangan untuk Kristen Jacobit dan Manorit untuk datang ke pengadilan kerajaan, mendiskusikan perbedaan mereka. Perbedaan melibatkan Muslim dan Yahudi terjadi di pengadilan Muslim Spanyol, dan diskusi teologi antar agama abad XVI antara pendeta Katolik dan ulama Muslim dipimpin oleh Akbar Sultan Mughal. Perdebadan ini tidak selalu dilakukan antara “kesamaan-kesamaan” (tentu saja, banyak yang berpegang secara tepat untuk “membuktikan” bahwa agama lain “salah” seperti juga halnya dengan dialog yang diawali oleh orang Kristen). Tetapi, fakta bahwa perdebatan tersebut dibolehkan dan didukung, menunjukkan beberapa tingkat pertukaran teratur antara keimanan/ agama, tahapan yang berarti dari prestasi kultural dan pendidikan di dunia Muslim.

Selama perang Salib, berbeda dengan konflik mereka, Muslim mentoleransi praktek agama Kristen – contohnya yang tidak dapat disamai oleh pihak lainnya, di abad XIII, beberapa perjanjian antara Kristen dan Muslim memberi akses bebas orang Kristen pada tempat-tempat suci yang pada waktu itu diduduki kembali oleh Islam. Saint Kristen Besar, Francis Assisi menemui sepupu Shalahuddin, Sultan al-Malik al-Kamil di tahun 1219. Sultan tersebut memberi kebebasan beribadah kepada lebih dari tiga puluh ribu tahanan Kristen-nya ketika permusuhan berhenti, juga menawarkan mereka pilihan untuk kembali ke negara mereka atau berperang di angkatan bersenjatanya. Selanjutnya, Muslim menjaga kebijakan pintu terbuka pada Yahudi yang melarikan diri dari penyiksaan Eropa Kristen selama inkuisisi.

Kesultanan Ottoman adalah contoh utama perlakuan positif pada minoritas agama dalam konteks mayoritas Muslim. Ottoman secara resmi mengakui empat komunitas berbasis agama, dikenal sebagai millet: Ortodoks Yunani, Gregorian Armenia, Muslim dan Yahudi. Di bawah sistem millet, Islam mengambil posisi utama, tetapi tiap millet lainnya ditempatkan di bawah otoritas hukum agamanya sendiri. Sistem millet memungkinkan kesultanan menampung keragaman agama, menempatkan non Muslim dalam posisi subordinat terhadap Muslim dan menawarkan mereka status perlindungan. Anggota agama minoritas memiliki hak untuk memegang posisi pemerintahan dalam beberapa kasus. Jadi, bentuk terbatas dari pluralisme agama dan toleransi adalah komponen penting dari kenegaraan Ottoman.

Di era kontemporer, pluralisme agama dan politik menjadi persoalan penting di dunia Muslim. Banyak yang berusaha mendirikan Islam di dunia Muslim melihat pendahuluan sejarah untuk menentukan status non Muslim. Meskipun banyak yang mengundang untuk memulihkan secara ketat dari gradasi kewarganegaraan yang menyertai status dzimmi di masa lalu, yang lain mengakui bahwa pendekatan ini tidak cocok dengan kenyataan pluralistik di dunia kontemporer dan standar hak asasi manusia internasional.

Mereka membela gradasi kewarganegaraan menurut afiliasi, agama percaya bahwa suatu negara Islam didefinisikan sebagai negara dimana hukum Islam adalah hukum tanah tersebut, harus dijalankan oleh Muslim, karena hanya Muslim yang dapat menginterpretasi hukum Islam. Ini telah menjadi program Islamisasi di Pakistan, Sudan, Afghanistan dan Iran, yang mengesahkan bahwa hanya Muslim yang memiliki hak untuk memegang jabatan pemerintahan senior. Jelasnya hal ini tidak memuaskan bagi non Muslim yang ingin menikmati hak-hak kewarga-negaraan penuh dan sama. Minoritas agama pada kenyataannya dianiaya dan menjadi subyek diskriminasi di bawah beberapa pemerintahan Muslim, seperti Afghanistan Taliban, Pakistan dan Sudan. Jadi, banyak pembaharu yang tidak setuju dengan penerapan tradisi klasik pada masa modern ini berkeras bahwa non Muslim diberikan hak kewarga-negaraan secara penuh

Pembela reformasi mempertahankan pluralisme sebagai esensi Islam, seperti diwahyukan dalam al-Qur’an dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad dan Khalifah-khalifah awal, bukan temuan atau ideologi Barat murni. Mereka menunjuk pada Kesultanan Islam yang membolehkan kebebasan beragama dan beribadah dan melindungi kaum dzimmi sebagai bukti kebolehan dan legalitas pluralisme. Meskipun banyak Muslim tradisional atau konservatif utama dan militan membela dzimmi Islam klasik atau sistem millet, para pembaharu meminta tafsir ulang atau pemahaman ulang pluralisme. Mengakui kebutuhan untuk membuka sistem politik otoriter dan satu partai yang merata di dunia Muslim, banyak Islamis aliran utama (dibedakan dari ekstremis) juga mulai menerapkan kata pluralisme pada proses politik. Sejak 1990, istilah tersebut telah dipakai untuk membenarkan sistem multi partai, juga bentuk modern dari pluralisme dan toleransi agama.

Sumber: What Everyone Needs to Know About islam.
John L. Esposito.

“SURAT TERBUKA DARI MUJAHIDAH PALESTINA UNTUK AKHWAT DI INDONESIA” 10 Juli 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia, Muslimah.
Tags: , , , , ,
add a comment

(voa-islam.com)

Selasa, 06 Jul 2010

(Dititipkan Melalui Relawan KOMAT Palestina-Wahdah Islamiyah, al-Ustadz Muhammad Ikhwan Abdul Jalil, Lc)

Bismillahirrahmanirrahim

Saudari-saudariku para muslimah di Indonesia…

Aku sampaikan salam penghormatanku untuk kalian, salam penghormatan Islam yang agung:Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,Amma ba’du…

Kami adalah saudari-saudari muslimah kalian di Palestina. Kami tumbuh di medan ribath dan jihad. Dan kami selalu berusaha untuk berpegang teguh pada agama kami yang agung, serta mendidik anak-anak kami untuk itu. Karena berpegang teguh pada agama Islam adalah (satu-satunya) tali keselamatan, berdasarkan Firman Allah Ta’ala dalam Surah Ali Imran:

“Dan barang siapa yang menginginkan selain Islam sebagai agama, maka itu tidak akan diterima darinya, dan kelak di akhirat ia termasuk orang-orang yang merugi.”

Karena itu, kami selalu berusaha untuk komitmen dengan al-Qur’an dan keislaman kami. Dan seperti itu pula komitmen pemerintahan Islam kami untuk menumbuhkan sebuah generasi yang selalu menjaga al-Qur’an, serta melahirkan ribuan penghafal Kitabullah di setiap tahunnya…

Dari bumi Palestina, medan ribath ini, kami mengirimkan surat persaudaraan dari lubuk hati yang dipenuhi cinta kepada saudari-saudari kami di Indonesia.

Melalui surat ini, kami haturkan rasa terima kasih kepada semuanya atas sikap dan dukungan mereka untuk anak-anak bangsa Palestina kami. .

Melalui surat ini juga, kami mendorong mereka untuk selalu mentarbiyah (membina) anak-anak mereka dengan tarbiyah Islamiyah dan komitmen dengan Syariat Allah; karena dalam itu semua terdapat pembinaan terhadap ruh dan jiwa, serta keteladanan terhadap akhlak Rasul kita yang mulia Shallallahu ‘ALaihi wa Sallam dan para sahabatnya yang mulia.

Perhatikanlah sahabat mulia, ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu ketika mengatakan:

“Janganlah seorang dari kalian meminta dari dirinya selain al-Qur’an. Sebab jika ia mencintai al-Qur’an dan mengaguminya, niscaya ia akan mencintai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun jika membenci al-Qur’an, maka ia akan membenci Allah Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.”

Karena itu, siapakah di antara kita yang dapat menerima dirinya atau anak-anaknya menjadi orang yang benci kepada Allah dan Rasul-Nya yang kelak akan memberi syafaat kepada kita di hari kiamat?

Itulah sebabnya, saya membisikkan ke telinga saudara-saudara kami tercinta, kaum muslimin di manapun berada:

“Kalian harus terus mempelajari dan menghafalkan al-Qur’an, serta berpegang teguh dengan ajaran-ajaran Islam. Sebab sesungguhnya siapapun yang menginginkan kemuliaan dengan Islam, niscaya Allah akan memuliakannya. Namun siapa yang mencari kemuliaan dengan selain Islam, niscaya Allah akan menghinakannya.”

Semoga Allah selalu memberikan taufiq-Nya untuk kalian untuk mengikuti apa saja yang dicintai dan diridhai-Nya.

Saudari-saudarimu, para muslimah yang sedang berjihad di bumi Palestina Gaza, 29/ 6/ 2010.

(Alih bahasa: Muh.Ihzan Zainuddin,Lc, M. Si/ Divisi Kajian Komat Palestina)

Berhala Berhala Gerakan Islam 9 Juli 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia.
Tags: , , , ,
add a comment

Ketika DR. Farid Anshari, seorang ulama dan aktivis gerakan Islam di Maroko menerbitkan bukunya April 2007 dengan judul : Enam Kekeliruan Gerakan Islam di Maroko, Penyimpangan Pemberhalaan Pemikiran dan Praktek, sontak dunia pergerakan Islam di Maroko khususnya dan Dunia Arab lainnya heboh.

Apa yang diangkat penulisnya dalam buku tersebut menjadi perbincangan luas dan menimbulkan pro-kontra.

Seakan sudah menjadi kebiasaan di kalangan para aktivis gerakan Islam di seluruh dunia saat ini, apalagi di Indonesia, untuk tidak siap dikritik.

Setiap ada kritik pasti ada saja pembelaan yang membabi buta dari para pendukung serta qiyadahnya, kendati apa yang dikritik itu terang benderang seperti melihat mata hari di siang hari dan yang melakukan kritik itu adalah orang yang bertahun-tahun hidup di dalam gerakan tersebut.

Sebagai seorang akademisi, aktivis dakwah, pendiri lembaga pengkajian dan penulis, DR. Farid sebelumnya sudah meluncurkan beberapa buku ilmiyahnya yang sangat bermutu seperti, Tauhid, Pertengahan Dalam Tarbiyah Dakwah, Alfabetik Pembahasan Ilmu-Ilmu Syari’ ah, Istilah Ushuli Menurut Imam Syatibi dan Penjelasan Dakwah dan Fenomena Penggelembungan Politik.

Menarik untuk kita cermati bahwa dalam buku Enam Kekeliruan Gerakan Islam di Maroko, Penyimpangan Pemberhalaan Pemikiran dan Praktek, DR. Farid Anshari yang menduduki berbagai jabatan di perguruan tinggi di Maroko dan juga dosen Ushul Fiqh dan Maqashid Syar’ iyyah dan bertahun-tahun bergabung dengan gerakan Islam khusunya Harokat Attauhid Wal Ishlah dan keluar tahun 2000 , menjelaskan fenomena yang menakutkan yang terjadi dalam berbagai gerakan Islam, termasuk yang menganut aliran tasawuf dan salafi.

Dalam buku tersebut, DR Farid Anshari mencatat enam bentuk penyimpangan gerakan Islam, baik dalam bentuk pemikiran maupun prakteknya. Yang menakutkan ialah, bahwa penyimpangan tersebut sudah mengarah kepada “ pemberhalaan”, sehingga mengalahkan nash shorih (dalil syar’i yang disepakati ulama keabsahannya).

Lalu beliau mengatakan, “Orang yang menyaksikan hiruk pikuk politik dan media menduga gerakan Islam sekarang sangat luar biasa dan mengalami kemajuan dalam percaturan peradaban. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya.”

Gerakan Islam Telah Menyimpang dari Tujuannya

DR. Farid Anshari melihat semua gerakan Islam sekarang mengalami setback di banding dengan sebelumnya. Kemundurannya sangat jauh. Bahkan telah gagal total dalam memelihara kedudukan strategisnya yang telah diraihnya dengan manhaj tarbiyah dan khitab (komunikasi) dakwah dan ilmu.

Sesungguhnya gerakan Islam saat ini telah kehilangan semua itu dan bahkan terusir dengan hina dari jati diri gerakan Islam itu sendiri. Kemunculannya sangat telanjang dan mudah dibaca oleh musuh-musuh ideoligisnya, sehingga mudah dilecut dengan cemeti yang akan mebuat saf-safnya berantakan, tanpa sampai ke target-target dasarnya. Sungguh gerakan Islam telah ditusuk oleh pisau-pisau hawa nafsu (syahwat dunia) dan juga oleh pisau-pisau musuh sehinga terluka parah.

DR. Farid Anshari memastikan bahwa gerakan Islam di Maroko, sebagaimana juga di kawasan dunia Islam lainnya, sesungguhnya sedang mengalami krisis yang luar biasa. Sebab utamanya tak lain ialah karena tidak memiliki kemampuan menunaikan tugas dan fungsi yang sebenarnya dan menegakkan risalah robbaniyah di mana hal tersebutlah yang mendasari berdirinya, menjadi syarat kelahirannya sehingga mendapatkan dukungan yang luar biasa di awal-awal kelahirannya.

Pemberhalaan Manhaji

DR. Farid Anshari menilai bahwa orientasi gerakan Islam di Maroko dengan nyata jatuh ke dalam ‘syirik khafi’ (syirik tersembunyi) atau apa yang ia namakan dengan “pemberhalaan manhaji.” Yang demikian itu terjadi karena gerakan Islam dalam memilih strategi besarnya terjadi penyimpangan.
Penyimpangan tersebutlah yang akan menghambat gerakan Islam itu sendiri untuk berada selalu di jalan orisinilitasnya sehingga berbagai bentuk dan formalitas organisasi (tanzhim) telah menjadi dinding penghambat untuk tidak mampu lagi melihat target atau tujuan ‘iqamatuddin’ (menegakkan Islam), dalam diri dan dalam masyarakat.

Dari hasil pengalamannya hidup dengan gerakan Islam, DR. Farid Anshari menyimpulkan bahwa terdapat enam kekeliruan manhaji yang besar di mana kekeliruan yang manhaji tersebutlah yang menjadi sumber semua penyimpangan yang terjadi. Itu pulalah yang menjadi sebab dari semua bentuk pemberhalaan yang sudah menyatu dengan kuat dalam pemikiran para aktivis Islam dan dalam praktek organisasi mereka.

Hasilnya ialah, hati mereka sangat terpaut dengannya baik dalam keadaan harap dan cemas, mensucikannya sehingga dijadikan thaghut dan berhala yang membatasi hati dari ikhlasuddin lillah (ikhlas dalam menjalankan Islam yang bersumber dari Allah).

Adapun enam kekeliruan (berhala) tersebut ialah:

  1. .Pemberhalaan Pilihan Politik.
  2. Pemberhalaan Pemilihan Perkumpulan.
  3. Pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin.
  4. Pemberhalaan Mekanisme Organisasi.
  5. Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah.
  6. Pemberhalaan Mazhab Hambali Bagi Kalangan Salafi

Cover Buku 6 Kekeliruan Gerakan Islam

Pemberhalaan Pilihan Politik.

Dalam pandangan DR. Farid Anshari, yang memberikan contoh tentang gerakan Islam di Aljazair, menyatakan, kesalahan terbesar yang dilakukan gerakan Islam ialah partai politik, atau lebih tepatnya mempolitisasi partai politik. Yang ia maksud di sini ialah Partai Keadilan dan Pembangunan (PKP) yang dipimpin oleh DR. Sa’duddin Ustmani (belakangan ini PKP pecah menjadi dua setelah peninggalan syekh Mahfuz Nahnah). Dengan partai politik seperti itu, para aktivis gerakan Islam beraktivitas dalam dunia syak (keraguan), di mana sebelumnya mereka bekerja dan beraktivitas dalam keyakinan.

Dulu, sebelum berpartai, mereka lebih dekat ke ikhlas dalam beramal. Namun sekarang amal Islami sudah tercampur baur (keikhlasan dengan riya’). Dengan demikian, mereka berpindah dari maqashidusy-syar’i ( tujuan-tujuan syariah) kepada maqashidul ‘adat (tujuan-tujuan adat istiadat). Lalu, masuklah ke dalam partai mereka orang-orang yang tidak jelas, persis seperti yang Allah katakan, “Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi (tidak yakin), maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS.22 : 11).

Sesungguhnya menjadikan partai dalam amal Islami (versi partai politik sekarang), mirip dengan cerita Bani Israil menjadikan anak lembu sebagai sembahan.

Kemudian DR. Farid menjelaskan, sesungguhnya amal Islami di Maroko sumbangan pertamanya adalah generasi yang membawa kebaikan dan keberkahan. Kemudian, muncullah partai politik. Lalu partai politik itu menghancurkan semua sumbangan itu sebagaimana yang dilakukan Samiri ( pengikut nabi Musa) menghancurkan semua asset keimanan Bani Israil, saat ditinggalkan Musa as.

Pemberhalaan partai seperti itu, menurut DR. Farid Anshari telah menciptakan kebanyakan aktivis gerakan Islam sibuk dengan persoalan duniawi saja, kemudian mereka menjadikan persolan tersebut menjadi persolan mereka sendiri, dengan alasan ‘jatah’ atau mereka berhak untuk itu.

Analisa DR. Farid terkait masalah partai politik gerakan Islam itu sangat tajam sebagaimana yang ia katakan : Aktivis gerakan Islam telah terjebak masuk ke dalam komunikasi materialis yang dijadikan sebagai hal yang utama.

Mereka menganalisa krisis ekonomi, masalah pengangguran, atau perlawanan politik terhadap kejahatan Yahudi (di Palestina ) dan sebagian fanatikus Nasrani, atau dari kaum Zindiq yang datang dari kalangan Muslim sendiri melalui demonstrasi-demonstrasi. Pada sore harinya mereka pulang dalam keadaan selamat dan dengan hati yang tenang karena (meyakini) mereka sudah berhasil melakukan sebuah perjuangan yang akan memberi syafaat bagi mereka nanti di hadapan Allah.

Sesungguhnya gerakan Islam di Maroko telah gagal total baik dalam tinjauan syar’i maupun siyasi. Hal itu disebabkan karena mereka ingin memetik buah sebelum matang. Sebab itu mereka menelan pahitnya buah yang belum matang itu.

Sebagai alternatif partai politik, DR. Farid melihat bahwa gerakan Islam di Maroko bisa sampai ke tujuan politiknya yang afdhal tanpa harus melalui media partai, yakni melalui aktivitas dakwah yang komprehensif.

Dengan demikian, gerakan Islam akan muncul dengan tokoh-tokoh dan pemikiran yang dilahirkannya di tengah- tengah masyarakat dalam semua lapangan kehidupan dan tersebar di berbagai sektor. Dari masjid sampai ke pabrik, kemudian ke manajemen ( pemerintahan). Dari pendidikan, media sampai ke ekonomi.

Bahkan dengan demikian, gerakan Islam memungkinkan untuk mensuplai berbagai partai politik dengan sdm handalnya sehinngga memungkinkannya untuk menawarkan program politiknya, tanpa harus tergelincir ke syirik konsumtif parsialisasi bagi kekuatannya.

Pemberhalaan Pemilihan Perkumpulan

DR. Farid menilai bahwa gerakan Islam memasuki eksperimen perkumpulan tanpa persiapan dan tanpa filterisasi.

Dengan modal akhlak dan sedikit pengetahuan agama, para aktivis gerakan Islam megharungi gelombang aktivitas yang masih menggunakan bahasa percaturan kelas sosial, slogan- slogan marksisme dalam pemikiran ekonomi dan teori-teori sosialisme dalam menangani persoalan dunia kerja dan buruh. Dr Farid yakin bahwa gerakan Islam terlibat menyalakan api pemogokan bekerja – dengan meniru cara organisasi- organisasi marksisme dan partai-partai oportunis – untuk melakukan tekanan politik terhadap lembaga-lembaga tertentu untuk meloloskan agenda- agenda lain yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perbaikan kerja dan buruh.

Dengan demikian, disadari atau tidak, gerakan Islam bersaham dalam mentarbiyah para anggotanya untuk berbohong dan menipu, su-ul akhlak ( akhlak buruk) dalam berdebat dan berdiskusi. Sebagai gerakan Islam tidak pantas berlomba dengan kelompok kiri dalam menuju kehancuran dan amoral.

Demikian pula halnya dengan perkumpulan mahasiswa yang disetir gerakan Islam. DR. Farid mengkritiknya, khususnya Persatuan Pelajar Maroko yang menyingkat namanya dengan “ OTOM” dan menyebutnya dengan “ Berhala OTOMI”.

Sebab, OTOM masuk ke dalam percaturan melawan ilmu dan akhlak ( karena kebanyakan berdemo sehingga nilai akademis mereka anjlok). Lalu mereka kehilangan kepercayaan dari para mahasiswa, dosen, universitas dan manusia lainnya.

Pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin

Sesungguhnya fenomena pemberhalaan Qiyadah itu hampir terjadi di semua gerakan Islam, baik yang menamakan dirinya gerakan Islam maupun tidak. DR. Farid melihat bahwa fenomena pemberhalaan Qiyadah/Pemimpin itu terjadi setelah kehilangan Qiyadah yang berilmu, konsisten dengan risalah Robbaniyah (misi Allah) dan smart.

Lalu, tokoh yang kurang ilmunya dalam memimpin amal Islam ini sejak dari yang tertinggi, menengah sampai ke tingkat paling bawah. Hal tersebut menyebabkan munculnya pemberhalaan para Qiyadah sehingga pentunjuk jalan harokah (amal dakwah) hanya berdasarkan kecenderungan dan karakter mereka, bukan berdasarkan kaedah- kaedah Ilmu dan skala prioritas syar’ iyyah.

(Sering kita melihat di lapangan mereka mengatakan : ini sudah berdasarkan skala prioritas, namun yang menentukan prioritasnya adalah akal mereka, bukan Islam yang menentukannya). Di antara fenomenanya, egoistik (arogansi) organisasi dalam jamaah gerakan Islam semakin membesar dan pada waktu yang sama terjadi pengagungan individu ( dan pemasungan pemikiran besar – meminjam istilah DR. Qardhawi– dan pembunuhan karakter anggota yang kritis dan berfikir sehat).

Pemberhalaan Mekanisme Organisasi

Apa yang dimaksudkan DR. Farid dengan mekanisme organisasi ialah uslub manajemen organisasi yang dijadikan sandaran pembentukan struktur organisasi dalam memenej amal Islami dan menjalankannya. Mekanisme organisasi ini tengah menghadapi problem kepartaian (meniru gaya patai umumnya) sehingga menyebabkan keputusan internal mencekik leher dan tidak memberi peluang sama sekali kepada para anggota untuk bernafas di luar partainya.

Dari sinilah DR. Farid Anshari mengkritik dengan apa yang ia namakan dengan “ Pemberhalaan Syahwat Demokrasi” di mana problem gerakan Islam ialah ketika meletakkan demokrasi dengan berbagai mekanismenya pada tempat yang keliru, seperti pemilihan tokohnya yang akan menjadi anggota majlis syura (di Indonesia : legislatif) melalui suara masyarakat awam dan juga posisi strategis lainnya seperti Islamisasi sistem dan pengarahan manhaj Islam lainnya dengan syarat-syarat demokrasi, bukan dengan syarat-syarat syari’at Allah. Hal tersebut membuka peluang orang-orang bodoh nan licik untuk maju dan terbuangnya orang-orang yang faqih dan bijak.

Sebagai solusinya, penulis buku tersebut mengusulkan ‘sistem fitrah” yang terlepas dari tingkatan-tingkatan formal dan gelar/pangkat yang tidak mungkin membuka peluang bagi para penjilat dan pak turut. Tidak ada pula tempat bagi sosok ‘patung’ dan ‘ berhala’. Kemudian, semua keputusan terkait susunan struktur diambil berdasarkan keahlian (profesionalisme).

Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah

Yang dimaksud penulis dengan Pemberhalaan Akal Muthi’iyyah ini ialah manhaj haroki yang disusun pertama kali oleh Syekh Abdul Karim Muthi’, pendiri Gerakan Pemuda Islam yang didirikan di Maroko di awal 70 an. Menurut pandangan penulis, gerakan tersebut didirikan di atas dasar manuver-manuver politik dan kibul yakin ( tipu-tipuan).

Menurut DR. Farid Anshari, gerakan Islam di Maroko telah gagal. Beliau menuliskan ringkasan sejarah gerakan Islam di Maroko untuk memberikan kesimpulan kegagalan persatuan yang terjadi antara Gerakan Ishlah dan Tajdid dengan gerakan Ikatan Masa Depan Islam. Gerakan tersebut gagal dalam meberikan produknya yang Islami di tingkat tujuan (hadaf), keterwakilan Islam dan kaderisasi, kemudian gagal juga dalam tingkat syura itu sendiri.

Dalam konteks ini, DR. Farid menjelaskan : “Gerakan Ishlah dan Tauhid” menduga bahwa ia adalah teladan terbaik dalam penerapan syura Islam dalam internal gerakannya. Bahkan para pemimpinnya ada yang melihat sebagai teladan terbaik di level Dunia Islam, apakah terkait dengan membangun struktur organisasi, maupun dalam mengambil keputusan dan sikap.

Saya menyakini –sebagai mantan salah seorang anggota Maktab Tanfidzi ( lembaga eksekutif), anggota Majlis Syura, dan mengemban tugas organisasi lainnya seperti penangggung jawab aktivitas mahasiswa– bahwa semua itu hanyalah waham (klaim) semata. Hakikat sebenarnya adalah bahwa gerakan tersebut adalah organisasi yang paling piawai dalam berdemokrasi dengan pengertian politik.

Yang saya maksudkan ialah demokrasi yang bisa menyihir dalam rangka mengelabui masyarakat, lembaga syura, dengan mengatakan bahwa para anggotanyakan sudah hadir, menyatakan pendapat dan telah melihat. Pada kenyataannya mereka tidak melihat apa- apa, bahkan yang ikut syura tidak mengetahui apakah hakikat atau khayalan.

Saya belum melihat seumur hidup apa yang ikhwah namakan dengan syura ikhwah/qiyadah adalah syura yang sebenarnya, tapi adalah demokrasi. Itupun mirip dengan permainan benang tukang sulap.

Pemberhalaan Mazhab Hambali dalam Gerakan Salafi

Setelah menjelaskan sejarah pergerakan Salafi di Maroko, DR. Farid Anshari membahas apa yang ia namakan dengan “penjajahan konsepsi dan penyimpangan prilaku” di kalangan Salafi. Di antaranya : benturannya dengan batu karang mazhab.

Di antara kekeliruan besar manhaji kalangan Salafi di Maroko ialah pelecehannya terhadap masalah karakteristik permazhaban. Hal tersebut membuat kalangan Salafi gagal menjalankan proyek perbaikan, ditambah lagi keberpalingannya dari mazhab Maliki dan penjajahannya atas prinsip ‘skala prioritas’.

Setelah itu, DR. farid menjelaskan sikap ghuluw (berlebihan/ekstrim) kalangan Salafi dalam merealisasikan persoalan ‘ aqidah. Kesalahan manhaji ketiga ialah, menghadapi tasawuf secara membabi buta, tanpa membedakan bentuk, masalik (cara-cara yang ditempuh) dan tidak pula mampu menjelaskan mana yang baik dan mana yang rusak.

Sedangkan kesalahan manhaji yang keempat ialah, membesar-besarkan bentuk-bentuk formal sehingga tampilan luar telah menjadi standar mendasar bagi keselamatan agama pada kebanyakan mereka. Kemudian beliau menjelaskan kesalahan manhaji yang kelima, yakni yang tercermin dalam hubungan materi yang disyaratkan oleh sebagian negara bagian Timur (Arab)

Risalah Untuk Gerakan Islam Buku tersebut ditutup oleh DR. Farid dengan sebuah judul yang sangat menarik, yakni Risalah Untuk Gerakan Islam. Dalam risalah tersebut belia menjelaskan : “Tidakkah datang masanya bagi gerakan Islam untuk bertaubat kepada Allah, berpegang teguh pada Kitab-Nya, menghancurkan patung- patungnya, melepaskan belenggu- belenggunya dan meniti jalan Al-Qur’ an?

Apakah gerakan Islam siap kembali kepada keikhlasan ibadahnya, kebaikan manhajnya, dan ketersebaran dakwahnya?

Apakah komunikasinya akan kembali kepada penerapan risalah Al-Qur’an, akhlak Al-Qur’an dan prioritas menurut Al-Qur’an?

Kemudian, apakah kalangan Salafi akan kembali kepada salafush- shalehnya, kepada keikhlasan beragamanya, mengenalkan manusia kepada Rabb mereka dan meninggalkan semangat perpecahan dan kemunafikannya?

Kemudian, apakah kalangan sufi akan kembali kepada sumber minuman aslinya, keindahan sifatnya, meninggalkan sifat berlebihannya serta memperbaiki tingkatan keilmuannya dan kondisinya dan menampikan semua itu berdasarkan kaedah-kaedah ilmu dan timbangan Al-Qur’an dan Assunnah? ( eramuslim)

“Alhamdulillah”, Suamiku Mati Syahid 20 Juni 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia.
Tags: , , , , , ,
1 comment so far

Sebuah kisah yang ditulis dari penuturan istri seorang Mujahid Palestina yang dibunuh musuh dengan meledakkan mobilnya, hampir enam tahun yang silam. Oleh : Muhammad ‘Isa, Ahmad dan Maulana

Hidayatullah.com–Kisah hidup dan kematian seorang syahid selalu ajaib. Mungkin karena orang-orang yang merindukan mati syahid selalu hidup dengan cara yang sangat berbeda dengan orang kebanyakan.

Bahkan, cara Allah memperlakukan musuh-musuhnya pun sering tak kalah ajaibnya. Suatu kali Perdana Menteri Israel waktu itu, Yitzhak Rabin, mengumumkan kepada dunia nama-nama pemimpin Hamas, termasuk nama ‘Izzuddin Khalil (yang disebutnya sebagai “kepala ular”), sebagai orang-orang yang paling dicari oleh Israel. Namun, Allah mentaqdirkan, Rabin yang mengumumkan hukuman mati bagi ‘Izzuddin justru lebih dulu dicabut nyawanya oleh Allah lewat tangan rakyatnya sendiri. Rabin mati 4 Nopember 1995, diberondong senapan mesin yang ditembakkan Yigal Amir, seorang pemuda Yahudi radikal, yang marah karena Rabin “berdamai” dengan Yaser Arafat.
Asy-Syahid ‘Izzuddin Khalil adalah salah satu komandan Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas (Harakah Muqawwamah Al-Islamiyah)yang bermukim di Damaskus, ibukota Republik Arab Suriah. Hamas merupakan organisasi terbesar yang menghimpun berbagai kekuatan rakyat Palestina yang berjuang demi kemerdekaan tanah waqaf milik umat Islam sedunia itu, serta pembebasan Masjidil Aqsha, kiblat pertama umat Islam dan terminal Rasulullah Saw ketika melakukan isra’ dan mi’raj. Kisah ini merupakan hasil wawancara dengan Feryal Ahmed Nemr Zienou, 35 tahun, istri Asy-Syahid ‘Izzuddin Khalil yang ditemui Hidayatullah.com di Damaskus.

‘Izzuddin merupakan salah satu pengawal pertama Syeikh Ahmad Yasin dan ikut serta dalam peletakan pondasi Hamas tahun 1986-87. Pria ini lahir dan tumbuh besar dalam pangkuan gerakan da’wah di kawasan Syija’iyyah, di sebelah timur kota Gaza.

Keterlibatannya dengan Hamas dan sayap militer Al-Qassam begitu rapat terjaga kerahasiaannya, sampai-sampai baru sesudah seminggu mereka menikah, Feryal mengetahui kalau suaminya seorang komandan Al-Qassam.

Nama lengkapnya‘Izzuddin Syubhi Al-Syeikh Khalil, lahir di Gaza, 23 Agustus 1962, menyelesaikan pendidikannya sampai tingkat master di bidang Ushuluddin di Universitas Islam Gaza. Pekerjaan sehari-harinya ketika menikah dengan Feryal berdagang buku. Menurut Feryal, sama sekali tidak terlihat penampilannya sebagai seorang sosok militer.

Barangkali karena pengalamannya di usia belia pernah berjihad di Afghanistan, ‘Izzuddin ditugaskan oleh para pemimpin Hamas untuk mengumpulkan, membina dan melatih para pemuda Muslim di seluruh Palestina, baik di Gaza, Tepi Barat, maupun seluruh kawasan Palestina yang sepenuhnya dijajah Israel. Tujuannya untuk menjadikan para pemuda itu Mujahidin pembela tanah suci para Nabi dan Masjidil Aqsha.

Rahasia Pengantin
Feryal sendiri waktu itu seorang gadis yang sedang mekar dari sebuah keluarga yang taat menjalankan syariat Islam. Salah satu kembang yang tumbuh di hatinya adalah keinginan untuk kelak menikah dengan seorang Mujahid fii Sabilillah.

Namun ketika menerima lamaran ‘Izzuddin, Feryal mengaku sama sekali tidak tahu kehidupan Jihad laki-laki yang melamarnya itu. Kenapa dia menerima lamaran padahal belum jelas ‘Izzuddin seorang Mujahid atau bukan? Perempuan yang murah senyum itu menjawab, di Gaza, waktu itu, kalau ada laki-laki yang rajin ke masjid, berakhlak baik, berilmu agama mendalam, berpenampilan rapi dan menjaga pergaulannya sesuai syariat Islam, hampir bisa dipastikan bahwa dia seorang Mujahid.

“Tapi saya sama sekali tidak mengira kalau dia seorang komandan dan sangat dekat dengan Panglima Para Mujahidin Palestina, Syeikh Ahmad Yasin,” tukasnya sambil tersenyum lebar.

Feryal mulai mencium sesuatu yang mengherankan sejak hari pertama pernikahan. Setiap kali pergi shalat subuh berjama’ah di masjid, ‘Izzuddin selalu pulang terlambat, yaitu ketika matahari sudah sepenggal naik, sekitar waktu dhuha. Feryal tak tahan untuk bertanya. Maka dijelaskanlah oleh ‘Izzuddin, bahwa sesudah shalat shubuh ia bertugas keliling membina para pemuda di berbagai tempat, baik pembinaan ruhiyah, keilmuan, maupun kemiliteran.

Betapa gembiranya Feryal mendengar penjelasan itu. Pengantin baru yang usianya lebih muda 13 tahun dari suaminya itu merasa Allah mengabulkan doanya selama ini, agar dinikahkan dengan seorang Mujahid. Namun rahasia itu tetap terjaga rapat diantara mereka berdua. Baru setahun kemudian, keluarga Feryal pelan-pelan mengetahui kenyataan bahwa ‘Izzuddin seorang Mujahid dengan amanah yang penting.Terbukanya rahasia itu adalah ketika pada tahun 1992, ‘Izzuddin ikut ditangkap dan dibuang selama setahun oleh Zionis Israel ke Marj Az-Zuhur, sebuah perbukitan tak bertuan di perbatasan Lebanon dan Palestina, bersama 413 orang pemimpin Jihad lainnya seperti Dr. Abdul Aziz Ar-Rantisi. Selama setahun mereka tinggal di tenda-tenda darurat di lereng-lereng bukit. Musim dingin berselimutkan salju belasan derajat di bawah nol, musim panas dipanggang matahari.

Sejak Feryal mengetahui kedudukan suaminya sebagai komandan Jihad, setiap hari, usai shalat fardhu sampai syahidnya ‘Izzuddin 13 tahun kemudian, atas permintaan suaminya itu, Feryal mendoakan agar suaminya dianugerahi Allah mati syahid di Jalan Allah.

Bagi Feryal, ‘Izzuddin adalah seorang suami, sahabat, sekaligus ayah bagi anak-anaknya yang selalu jujur dan ikhlas. “Berat,” demikian kata Feryal, ketika ditanya bagaimana perasaannya setiap kali berdoa agar suaminya mati syahid, “tapi di saat yang sama saya yakin Allah akan mengganti cinta yang saya persembahkan kepada-Nya ini dengan sesuatu yang lebih hebat.” Janji-janji Allah untuk kemuliaan syahid seakan-akan nampak nyata di depan matanya saat berdoa.

Tentu ada yang bertanya, kenapa tidak berdoa agar dimatikan syahid bersama-sama? Jawaban Feryal jelas dan mantap, “Karena, jika suami saya syahid, lalu saya tetap istiqamah menjalankan amanah-amanah yang tertinggal, termasuk membesarkan anak-anak, maka Allah menjanjikan kemuliaan yang lebih besar lagi bagi kami sekeluarga”.

Dua Isyarat
Sesudah ‘Izzuddin syahid, hidup terasa lebih berat bagi Feryal karena seluruh keluarga dari pihaknya dan pihak suaminya ada di Gaza, sedangkan dirinya di Damaskus yang terpisah oleh jarak ratusan kilometer dan blokade militer.

Namun ada dua kenangan manis sebelum ‘Izzuddin mati syahid, yang selalu membuatnya bangkit lagi semangatnya. Yang pertama, kira-kira satu bulan sebelum syahidnya ‘Izzuddin, mereka bekunjung ke rumah seorang sahabat dalam sebuah acara silaturrahim. Sebagaimana seharusnya, Feryal bercengkerama dengan teman-temannya sesama Muslimah di sebuah ruangan, dan ‘Izzuddin dengan teman-teman Muslimnya di ruangan lain.

Dalam suatu kesempatan, Feryal berjalan melewati pintu ruangan laki-laki dan sekelebat menyaksikan pemandangan yang tak akan pernah dilupakannya seumur hidup. Dia melihat di kening suaminya tertulis kata-kata dalam khat Arab,“Asy-Syahid” (Sang Syahid).
Tatkala penglihatannya itu ia sampaikan kepada ‘Izzuddin dalam perjalanan pulang, serta-merta suaminya meminggirkan mobil yang sedang dikemudikannya, lalu turun dan berdiri di samping mobilnya, menengadahkan tangannya seraya berdoa, “Ya Allah, taqdirkanlah penglihatan istriku itu atas diriku”.

Sudah sewajarnya, Feryal bertanya kepada ‘Izzuddin, “Kalau kamu syahid, kami bagaimana?” Dijawab oleh ‘Izzuddin, “Ada Allah, dan Allah lebih baik dari saya.

”Peristiwa kedua yang tak akan pernah dilupakannya, terjadi hanya beberapa menit sebelum syahidnya sang Kekasih. Hari itu Ahad, 26 September 2004. Jarum jam menunjukkan angka sebelas dan matahari di penghujung musim panas masih menyiram hangat kawasan Mydan di jantung kota Damaskus.

Feryal tengah sibuk menyiapkan sarapan bagi suaminya yang akan berangkat kerja. Tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk. Seorang perempuan, tetangga, mampir membicarakan hal-hal remeh, tapi di ujung pembicaraan yang hanya sebentar itu, si Tetangga bertanya, “Saudariku, kamu habis menyemprotkan parfum apa sih? Dari tadi kami mencium baunya wangi sekali, tercium sampai ke rumah kami…”

Feryal memang selalu mengusapkan wewangian sebelum suaminya berangkat dari rumah, tetapi pagi itu dia ingat betul belum melakukannya. Ia sama sekali tidak berpikir bahwa wewangian itu adalah sambutan bagi syahidnya sang Suami beberapa menit kemudian.

Sesudah tetangga itu berlalu, Feryal kembali menyiapkan meja makan. Sarapan khas negeri Syam,khubz (roti lebar), minyak zaitun, za’thar (serbuk rempah-rempah dan biji wijen),humus (selai kacang berbumbu), keju dan secangkir teh kental manis. Suaminya hampir tidak menyentuh makanan, lalu berkata bahwa dia sedang terburu-buru sambil minta tolong diambilkan paspor, untuk mengurus perjalanan umrahnya. Suaminya pergi. Pintu rumah ditutup. Kurang lebih dua menit berlalu, ketika tiba-tiba Feryal mendengar suara ledakan keras. Dinding apartemennya bergetar. Dinding ruang kelas sekolah kedua anaknya yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya juga bergetar. Anak-anak mereka, Hiba, waktu itu berusia 10 tahun, dan Muhammad, waktu itu berusia 7 tahun, keduanya mengaku mendengar ledakan itu dari sekolahnya. Hadil baru berusia 2,5 tahun bersama ibunya di rumah.

Di dada Feryal langsung berdesir, “Pasti itu ‘Izzuddin…” Ia berlari ke jendela apartemen yang terletak di lantai empat, sejurus disingkapnya tirai, disaksikannya jip Pajero berwarna silver tahun 1995 milik suaminya sudah hancur dan masih mengobarkan api.

Tidak Menangis
Ibu tiga anak berusia 29 tahun itu tidak menangis. Ia segera mengenakan hijabnya dan berpakaian serapi mungkin menutup aurat, sebelum kemudian meluncur turun ke tempat kejadian. Setelah memastikan bahwa suaminya telah syahid, Feryal naik lagi ke atas, menelepon istri seorang pemimpin Hamas, Dr Musa Abu Marzuq, Wakil Kepala Biro Politik. Setelah memberi kabar tentang apa yang terjadi atas suaminya dan menjelaskan lokasi rumah mereka, Feryal mematikan telepon.

Kemudian ia berwudhu dan melaksanakan shalat dua raka’at. Ia memanjatkan doa agar syahid suaminya diterima oleh Allah dan bersyukur Allah telah memilih suaminya sebagai salah satu lelaki terbaik.

Ketika ditanya, apa yang dirasakannya saat itu, Feryal menjawab dengan tersenyum, “Hati saya seperti diiris-iris, sakit, tetapi pada saat yang sama saya merasa sangat berbahagia karena doa saya setiap hari dikabulkan oleh Allah”.

Seorang saksi mata belakangan mengatakan, ‘Izzuddin sempat memundurkan mobil itu sebelum meledak. Para penyeledik Hamas mengatakan, diduga kuat mobil itu diledakkan dengan bom yang menggunakan remote control.

Seselesainya dari shalat, Feryal menyiapkan diri dan rumahnya untuk kedatangan para tamu yang sebentar lagi pasti akan ramai. Banyak diantara yang kemudian datang menangis. Bahkan salah seorang teman perempuannya menangis sampai jatuh-jatuh. “Saya bilang kepada mereka, jangan menangis, saya tidak menangis karena ini keberuntungan saya dan keluarga saya,” katanya.

Ketika menerima salam dari ratusan tamu itu, Feryal membayangkan malam-malam yang selalu dilewatinya bersama ‘Izzuddin, sepanjang 13 tahun pernikahannya. Sebelum tidur, keduanya selalu saling pandang dan saling bertanya, “Apakah kamu ridha kepada saya?”. Keduanya sama-sama saling mengiyakan.

Keridhaan itu kini membias pada ketiga anaknya.Hidayatullah.com menemui keluarga ini di rumah mereka dan meminta mereka bercerita satu per satu tentang kenangan mereka akan ayahnya. Tidak ada air mata. Tidak ada sesenggukan. Tidak ada wajah muram. Yang ada senyum bangga dan wajah yang berbinar penuh keberanian.

“Terkadang,” kata Feryal, “anak-anaknya mengatakan, ‘seandainya ayah bersama kita…’, terutama saat berbuka puasa Ramadhan… Tapi saya bilang, ayah selalu bersama kita, bahkan syahidnya ayah memastikan kita akan selalu bersama ayah dalam keadaan yang lebih baik dari keadaan kita saat ini…” Anak-anak itu tersenyum mendengar penuturan ibunya.

Bahkan di sepanjang pertemuan dan wawancara dengan kami, anak-anak itu selalu tersenyum, seperti anak-anak yang menerima hadiah sangat istimewa yang tiada habis-habisnya. [www.hidayatullah.com].

HAMAS, Sayap Ikhwanul-Muslimin Penerus Salafush-Shalih. 17 Juni 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia.
Tags: , , , , , , ,
add a comment

Tanpa ruh,
tangan tak dapat bergerak,
kaki tak dapat berjalan,
mata tak dapat melihat
dan telinga tak mendengar,
dan jasad tanpa ruh,
tak bermakna.


Di bawah ini kami sampaikan Deklarasi Intifadah, yang menjadi “Ruh” gerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap rezim Zionis.

Ketika fikrah telah datang, ketika benih telah tumbuh, lalu akar pun telah menghujam ke lubuk bumi.

PENJELASAN TENTANG GERAKAN.

Madah Pertama.
Gerakan Perlawanan Islam (Hamas): Islam adalah manhaj-nya; sumber pemikiran, pemahaman dan konsepsinya mengenai alam, kehidupan dan manusia. Islam-lah yang menentukan dan menuntun seluruh tindakan dan langkah Gerakan ini.

Madah Kedua.
Gerakan Perlawanan Islam adalah salah satu sayap dari sayap-sayap Ikhwanul Muslimin di Palestina. Gerakan Ikhwanul Muslimin adalah suatu tanzhim (struktur) Internasional di samping merupakan gerakan Islam terbesar di masa sekarang. Keutamaan gerakan Ikhwan, ialah gerakan ini memiliki pemahaman yang mendalam dan konsepsi yang sangat rinci dan menyeluruh; meliputi segenap ajaran Islam tentang seluruh aspek kehidupan; menyangkut tashawwur dan i’tiqad, politik dan ekonomi, tarbiah dan sosial, peradilan dan pemerintahan, da’wah dan pendidikan, seni dan mass media, masalah ghaib dan nyata, dan seluruh aspek kehidupan lainnya.

Madah Ketiga.
Struktur utama dari Gerakan Perlawanan Islam terdiri atas kaum Muslimin yang telah menyerahkan wala’ (loyalitas)-nya kepada Allah. Kemudian beribadah kepada-Nya secara benar.
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.
(QS. al-Dzariyat: 56).
Juga mereka yang telah mengetahui kewajibannya terhadap diri, keluarga dan negerinya. Kemudian bertaqwa kepada Allah dalam kesemuanya itu, serta mengibarkan panji jihad dihadapan para tiran, untuk membebaskan negeri dan penduduknya dari kenistaan, kejahatan dan najis mereka.

Bahkan Kami melontarkan yang haq kepada yang bathil, lalu yang haq itu melumatkannya, maka dengan serta merta yang bathil itu lenyap.
(QS. al-Anbiya: 18).

Madah Keempat.
Gerakan perlawanan Islam menyambut setiap Muslim yang telah meyakini aqidahnya, kommit terhadap manhaj-nya, menjaga rahasia-rahasianya, dan ingin bergabung ke dalam barisan-barisannya untuk menunaikan kewajiban. Kemudian pahalanya terserah kepada Allah.

Madah Kelima.
Dimensi waktu Gerakan Perlawanan Islam: Dengan menjadikan Islam sebagai manhaj kehidupannya, maka gerakan ini merupakan kelanjutan dari Risalah Islamiah yang pertama dan para Shalafush Shalih; Allah tujuannya, Rasulullah saw qudwahnya, dan al-Qur’an dustur (undang-undang)-nya. Dimensi waktu Gerakan Perlawanan Islam: Meliputi segenap kaum Muslimin yang telah menjadikan Islam sebagai manhaj kehidupannya, dimana saja mereka berada. Dengan demikian gerakan ini berakar ke lubuk bumi dan menjulang tinggi menggapai langit.

Demikianlah uraian lima dari beberapa madah Deklarasi Intifadah yang kami nukil dari Majalah al-Muslimun nomor 234, Shafar 1410 H/ September 1989.

Kewajiban Ibu-ibu Muslimah 13 Juni 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia, Muslimah.
Tags: , , , ,
4 comments

oleh: Maryam Jameelah

Kewajiban utama ibu-ibu Muslimah adalah mengajak anak-anaknya untuk mematuhi ajaran-ajaran al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw. Setiap pagi banyak wanita-wanita Muslim di negara-negara non Arab membaca al-Qur’an dalam bahasa Arab tanpa memberikan pengertian maksudnya sedikitpun. Gadis-gadis mereka yang memperoleh pendidikan modern cenderung lebih taat, mereka membaca al-Qur’an, Hadits dan literatur Islam lainnya seakan menemukan beberapa kemuliaan, suatu philosofis yang abstrak. Bukan sekali-kali untuk menghindari film-film porno di bioskop, mendengarkan lagu-lagu vulgar di radio, atau meleburkan diri dalam aktifitas sosial dalam (keadaan) mabuk, atau berpakaian yang tidak sopan. Ibu-ibu Muslimah dapat menyatakan kepada saudara-saudara perempuan mereka yang masih remaja dan anak-anak laki-lakinya bahwa teman-teman mereka di sekolah melakukan hal itu tidak secara otomatis menjadi benar. Kaum Muslimah harus membaca al-Qur’an dan Hadits, serta diperintahkan secara praktis mengimplementasikan dalam kehidupan mereka setiap hari. Terlalu banyak rumah tangga Muslim menyimpan al-Qur’an mereka yang dibungkus dengan cover yang indah dari sutera yang diletakkan di atas rak yang tinggi hanya untuk mengumpulkan debu. Beratus-ratus bahkan beribu-ribu al-Qur’an menganggur yang semestinya membina hati mereka dengan dalih: “Keluarkan Aku, Bacalah Aku!, Patuhilah Aku!”.

Kaum ibu terbiasa membaca majalah-majalah, secara sederhana mereka diharuskan menerima pendurhakaan anak-anak mereka yang secara nyata menentang nilai-nilai agama dan moral yang lama, kebodohan-kebodohan dan tingkah lalu mereka yang menjijikkan, atraksi-atraksi dari mereka untuk bertindak sembrono dan berorientasi pada hal-hal yang sepele, mereka sama sekali merasa jijik dan hina terhadap sesuatu yang berbau “tradisionil”. Mereka tidak sabar untuk mengadakan perubahan secara revolusioner, disini paham atheis dan materialis seperti kenyataan biologis yang menjadi sifat dari kaum remaja modern dan kaum muda, seperti tidak ada sesuatupun yang dapat dikerjakan sekitar itu kecuali meletakkan pada tempat yang amat rendah terhadap hal itu sendiri kepada kecenderungan umum. Disinilah kekeliruan yang amat dalam. Disini sesuatu yang bersifat tradisional tidak dapat dihindari, seluruh usaha yang menentang sekitar ini adalah sia-sia sekali seperti halnya propaganda sekarang ini yang telah kita yakini. Pemuda kita tentu saja memberi reaksi terhadap apa yang mereka terima, apa yang mereka ajarkan di dalam rumah-rumah mereka, di sekolah-sekolah mereka serta apa yang mereka baca, lihat dan dengar di mass media. Seandainya pandangan -pandangan Islam ini sebagai pengganti adat kebiasaan di Barat, mereka akan merasa, berfikir dan berjalan yang sepenuhnya berbeda. Dalam menciptakan transportasi yang penting ini, wanita mempunyai pengaruh yang amat menentukan pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak dimana masa ini memainkan peranan yang penting sekali.


Islam mengajarkan tentang Jilbab yang mengarahkan kepada tata kehidupan kaum wanita dalam kebebasan yang berkepribadian, bermartabat dan mencurahkan sebagian besar waktunya di rumah, pergi keluar bila ada suatu keperluan atau bersilaturahmi ke famili-famili atau teman-teman perempuan. Seorang ibu mempunyai pengaruh amat besar, yakni dapat mengarahkan anak-anaknya yang sedang dalam masa pertumbuhan dengan memberi contoh seorang pribadi yang baik. Seorang ibu yang rajin menjalankan tugas-tugas kerumah-tanggaannya, memelihara, mengawasi, dan mendisiplinkan anak-anaknya dan yang tetap menjaga shalatnya dengan baik, membaca-baca al-Qur’an serta melakukan amal ibadah lainnya, memberikan dan menciptakan suasana keagamaan (baca: Islam) yang terbaik untuk anak-anak kecil yang mana akan sangat membantu mengimbangi banyaknya pengaruh-pengaruh yang tak menyenangkan yang dia temui saat dia (menjadi) dewasa. Ibu-ibu Muslimah dapat memulai pendidikan agama Islam saat anak-anak mereka pada usia muda (kanak-kanak). Hadits menyebutkan pada kita bahwa anak-anak para shahabat tetap membawakan al-Qur’an sebelum mereka disapih! Segera setelah seorang bayi mulai berbicara, ia dapat mengajarkan suatu kalimat dan mengucapkan ajaran Islam secara benar, seperti: Bismillah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, Insya’ Allah, Masya Allah, Shalat, dan lain lain. Dan segera setelah dia sanggup berdiri dan berjalan, ia dapat menganjurkan untuk menirukannya ketika ia sedang mengerjakan shalatnya (seperti kebanyakan anak-anak kecil yang baru belajar berjalan, senang untuk melakukannya). Ketika anak-anak mencapai usia tujuh tahun, ibu-ibu Muslimah dapat menyuruhnya dengan keras agar mereka membiasakan shalat mereka dan menghukum mereka setelah mencapai usia sepuluh tahun seandainya mereka malas untuk melakukannya juga. Jadi anak-anak dapat menjadi dibiasakan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka kepada Allah dan agar anak-anak mereka menjadi makhluk yang kuat sebelum dewasa. Kewajiban-kewajiban ibadah disini dapat disertai keterangan-keterangan yang sederhana dan jelas menurut usia dan kapasitas kemampuan anak, keterangan ini amat berarti bagi mereka. Ibu-ibu dapat menghibur anak-anak mereka dengan perbuatan-perbuatan yang menggetarkan hati Ulama-ulama besar dahulu dan sekarang serta mencoba untuk memberi inspirasi kepada mereka dengan menumbuhkan hasrat untuk berusaha menyamai atau melebihi nilai-nilai tersebut. Ketika anak-anak cukup dewasa untuk membaca, ibu-ibu dapat mempergunakan buku-buku ke-Islamam yang terdapat di sekitar mereka (baca: rumah mereka) dan brosur-brosur yang menarik kepada anak-anaknya dan menganjurkan kepada mereka untuk membaca sendiri. Anak-anak mereka baik yang tua maupun yang muda tidak hanya pandai mengatakan jangan pergi (menonton) film-film porno di bioskop atau mendengarkan program-program yang tak bermanfaat di radio-radio atau televisi, tetapi secara teliti memantau apa-apa yang salah dari mereka. Seandainya ibu-ibu mempunyai radio atau televisi, ia dapat membatasinya dengan mendengarkan tilawah, buletin-buletin baru pembacaan puisi yang baik, dan program-program pendidikan yang sehat. Ibu-ibu dapat membatasi musik pop untuk didengarkan di dalam rumah sebab mempengaruhi moral anak-anak yang kemungkinan amat buruk akibatnya. Seandainya si anak mulai menyanyikan lagu-lagu vulgar, mereka mendengarkan dan belajar dari radio dan televisi tetangganya, ibu-ibu dapat mendiamkan mereka dan menyatakan kepadanya bila mereka merasa malu dengan mendengarkan nyanyian yang betul-betul kotor!


Kaum ibu Muslimah tidak sepatutnya mengirim anak-anaknya ke sekolah-sekolah misionaris kristen atau biara-biara dimana mereka secara penuh dijauhkan dari agama mereka dan warisan budaya agamanya meskipun mereka sadar bahwa sekolah-sekolah negeri tidak menyediakan begitu banyak jalan keluar yang menggembirakan. Ibu-ibu harus menyuplai bahan-bahan pendidikan ini dengan instruksi dalam teks Arab, al-Qur’an dan Hadits dari guru-guru privat di rumah-rumah mereka seandainya ia dapat mengusahakannya atau di dalam mesjid seandainya ia tidak dapat, dan dengan memberikan latihan yang benar mengenai ajaran Islam seperti yang dapat ia berikan untuk dirinya sendiri. Ia dapat membaca buku-buku teks secara menyeluruh kepada anak-anaknya dengan teliti dan menunjukkan kepada mereka sesuatu yang tidak benar, palsu dan jahat, dan ia dapat menjelaskan mengapa buku-buku teks tersebut sebagian besar merupakan metode yang meyakinkan.


Ibu-ibu Muslimah dapat mencoba untuk menjadikan rumahnya dalam pengertian sebagai sebuah surga bagi seluruh keluarga. Sebagian besar rumah orang Pakistan yang saya ketahui di Lahore, penduduk kelas menengahnya kumal dan kotor. Terlalu banyak wanita Pakistan yang saya ketahui terbiasa hidup dalam lingkungan yang kotor dimana lantai-lantai rumah mereka, terutama halaman-halaman rumah dan dapur-dapur mereka penuh dengan sampah dan kotoran, mereka (merasa) dapat hidup lebih baik dalam kerumunan sampah daripada menyapunya. Pendidikan Islam mengajarkan agar gadis-gadis menjaga kebersihan dan kerapihan, setidaknya kaum wanita tidak merasa malu untuk membersihkan dan menyapu rumah mereka sendiri. Mereka tidak menggantungkan pada para pembantunya. Seandainya dia makmur, ibu-ibu rumah tangga Muslimah hendaknya dapat menahan diri untuk berbuat boros dalam pengeluaran belanja rumah tangganya; alat-alat perabotan mahal yang tidak begitu dibutuhkan seperti sofa atau meja rias type Eropa atau pemakaian perhiasan-perhiasan kiranya dapat dihindari. Kaligrafi artistik dari al-Quran dan Hadits yang digantungkan pada dinding-dinding ruangan rumahnya dapat melayani dua tujuan (sekaligus) yakni tujuan dekoratif dan maksud diatas seluruhnya! Hendaknya foto keluarga dan teman-teman tidak dipasang atau dipertunjukkan sebab penunjukan gambar-gambar ini adalah bertentangan dengan ajaran Islam. Pendidikan Islam sekurang-kurangnya dapat mengajarkan kepada para gadis tentang dasar-dasar kesehatan, pertolongan pertama pada kecelakaan dan nutrisi yang baik dengan konsentrasi pada bagaimana menyiapkan makanan lezat yang halal. Banyak kaum wanita Muslimah yang demikian rendah kemampuannya dalam penerapan ilmu gizi yang baik, mereka kurang memahami bagaimana menyajikan menu makanan yang cukup kepada anak-anak mereka ketika bermacam-macam makanan dengan mudah tersedia dan dapat diberikan kepada mereka.


Wanita yang apatis dan buta huruf kemungkinan besar tidak dapat menetralisir pengaruh-pengaruh anti Islam yang sedang melanda anak-anak mereka baik pagi maupun petang. Hanya faktor kecerdasan, pendidikan dan antusiasme kaum wanita-lah yang dapat membuktikan adanya persamaan terhadap tugas-tugas yang dihadapinya sekarang.


Islam in Theory and Practice,
bab: Duties of the Muslim Mother. (terjemahan).


Maryam Jameelah (Margaret Marcus) menikah dengan Muhammad Yusuf Khan, menetap di Lahore, Pakistan.

Sejak Empat Abad Lalu Zionis Telah Rencanakan Penyerbuan Palestina 12 Juni 2010

Posted by yopie noor in Muslim Dunia, Tarikh.
Tags: , , , , , ,
1 comment so far

Doktor Abdul Azis Muhammad al-Syanawi dalam buku tarikh-nya “Ad-Daulah Al-Utsmaniyah”, mengatakan bahwa indikasi pertama Zionis hendak menyerbu Palestina terjadi pada kira-kira empat abad yang lalu.

Berturut-turut mereka berusaha untuk memperoleh izin resmi dari Khalifah Utsmani untuk hijrah ke Palestina. Hal itu terbukti pada tahun 1517 ketika Sultan Salim al-Awwal yang menaklukkan Mesir, mengeluarkan Dekrit yang melarang orang Yahudi berhijrah ke Sinai. Kemudian ketika putranya Sulaiman al-Qanuni menjabat sebagai Khalifah, juga telah mengeluarkan Dekrit, untuk memperkuat larangan bagi orang-orang Yahudi berhijrah ke Sinai.

Namun setelah ia mangkat, digantikan oleh sultan-sultan yang agak lemah pendiriannya, sehingga orang Yahudi dapat menggunakan kesempatan dalam kelemahan mereka itu untuk melakukan hijrah secara bergelombang ke arah Thur (Sinai). Sinai pada waktu itu merupakan kota yang cukup makmur dengan fasilitas pelabuhan penting dan banyak dikunjungi kapal-kapal dagang yang berasal dari Jeddah, Yambuk (Daerah Hijaz), Sawakin (Sudan), Aqabah, Qalzam, Suez (Mesir). Sedangkan hubungan darat dengan Kairo dan Alfarma.

Dengan hijrah ke Sinai itu, orang Yahudi akan menemukan dua sasaran. Pertama, hendak mengasingkan diri dengan menjauhi daerah-daerah ramai dan padat penduduk yang mungkin akan mengikuti atau mengetahui langkah-langkah dan tingkah laku mereka. Kedua, dapat melanjutkan usaha dagang mereka dalam keadaan tenang dan tenteram melalui darat dan laut.

Hijrah itu dipimpin oleh Abraham Sang Yahudi. Dia sendiri bersama keluarganya telah berangkat lebih dulu ke kota Thur, dengan harapan tahun-tahun akan berlalu tanpa diketahui orang bahwa dia berada di kota itu, supaya tidak diketahui gerakan rahasia yang dikelolanya. Yang terpenting baginya adalah Pemerintah Utsmani tidak memperhatikan tindak tanduknya demi kepentingan bangsanya.

Keinginannya itu sebenarnya bisa tercapai jika orang-orang Yahudi tidak melakukan gangguan-gangguan terhadap para Rahib gereja Santa Katherina yang akan berakibat mereka (para Rahib) nantinya mengadukan kejadian itu kepada Pemerintah Pusat (al-Bab el-Ali) di istana. Berhubung Pemerintah Utsmani sungguh-sungguh melindungi keamanan ahli dzimmah (Yahudi dan Nasrani) dan mengawasi bangsa Yahudi dengan ketat agar tidak melakukan hijrah ke Sinai secara gelap, maka segera setelah pengaduan itu, Pemerintah Pusat bertindak melalui al-Wali (Gubernur) Mesir mengeluarkan tiga Dekrit tertanggal Jumadil Awal 989 (Juni 1581), Shafar 991 (Februari 1583) dan Dzulhijjah 993 (Desember 1585). Tiga Dekrit itu mengandung pengaduan para Rahib, dengan instruksi pengusiran atas diri Abraham Sang Yahudi, isterinya dan anak-anaknya beserta semua orang-orang Yahudi dari Sinai dan larangan keras bagi mereka untuk kembali ke Sinai.

Pelaksanaanya diserahkan kepada Pemerintah setempat dengan catatan tidak boleh ditunda walaupun hanya satu hari. Instruksi tersebut ditutup dengan kewajiban melindungi dan memelihara keamanan para Rahib Santa Katherina.

Dari Dekrit-dekrit Pemerintah Turki Utsmani mengenai bangsa Yahudi dan dari situasi pada waktu dikeluarkannya, dapat ditarik kesimpulan:

PertamaKaum Yahudi Zionis telah menunjukkan tatapan mata mereka atas Sinai semenjak lebih dari empat abad yang lalu, sebagai jalan pintas untuk memasuki Palestina seluruhnya. Setelah mereka diusir dari Sinai, mereka tidak berputus asa, bahkan terus berjuang dengan penuh kesabaran melalui bermacam-macam jalan dan tipu daya, dan akhirnya setelah empat abad kemudian barulah mereka dapat menyerbu Palestina.

Kedua, Pemerintah Turki Utsmani yang menguasai Mesir dan memikul tanggung jawab mengenai keamanannya, terutama terhadap Yahudi yang ingin menyerbu daerah Sinai sebagai jalan masuk ke Palestina, telah menolak dengan keras kaum Yahudi yang masuk dengan diam-diam.

Mungkin ketabahan hati sultan-sultan Turki Utsmani dan kesungguhan mereka dalam menolak dengan keras masuknya kaum Yahudi ke Sinai (Pintu Palestina) itu disebabkan karena mereka telah mengetahui dan telah mengalami cara-cara dan tipu muslihat orang-orang Yahudi yang membahayakan keselamatan Negara.

Ketiga, kesungguhan Pemerintah Turki Utsmani membersihkan daerah Sinai dari benih-benih Zionisme, diikuti dengan rasa kasih sayang kepada para Rahib Santa Katherina, tidak lain adalah karena didorong tiga faktor:
a. Para Rahib Santa Katherina termasuk warga negara yang harus mendapat perlindungan dari Pemerintah.
b. Rahib-rahib itu termasuk golongan yang lemah, tidak layak jika Pemerintah membiarkan mereka menjadi sasaran gangguan yang ditimbulkan orang-orang Zionis yang memusuhinya, yang dibantu gerakan Zionis Internasional yang dibelakangnya berdiri negara-negara Inggris, Perancis dan Tsar (Rusia).
c. Sikap kasih sayang dari Pemerintah terhadap para Rahib Santa Katherina menyebabkan adanya rasa hormat dari ahli pikir Barat terhadap Pemerintah Utsmani, serta menyanggah segala tuduhan yang dilancarkan oleh Barat terhadap Pemerintah Utsmani bahwa Pemerintah tidak berbuat adil terhadap ahli kitab yang bermadzhab apapun.

Hal tersebut diatas terjadi sebelum Sultan Abdul Hamid naik tahta tahun 1876 dimana sudah semakin banyak pengaruh Zionisme dalam Pemerintah Utsmani disertai usaha untuk melemahkan kekuasaanya. Tindakan orang-orang Yahudi tersebut diambil untuk membuka peluang bagi negara-negara Barat agar dapat mengikis dan mengambil kembali daerah-daerah kekuasaan Turki Utsmani.

oleh: Fathr Ridlwan
dari: Majalah Adl-Dluhah no. 79, Ramadhan 1402,